BALAI PEMBIBITAN TERNAK
UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK
PADANG MANGATAS
Disusun Oleh:
SUNDANRI SINAMBELA
NPM: E1C012013
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015
LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANG
DI BALAI PEMBIBITAN
TERNAK UNGGUL HIJAUAN PAKAN TERNAK
PADANG MENGATAS
PROVINSI SUMATERA BARAT
OLEH:
SUNDANRI SINAMBELA
NPM : E1C012060
Laporan ini dibuat
sebagai syarat lulus Mata Kuliah Kerja Lapang
di Jurusan Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu
Telah disetujui oleh
Dosen Pembimbing dan Koordinator Mata Kuliah Kerja Lapang
Mengetahui
Koordinator Mata Kuliah Dosen
Pembimbing KL
Heri Dwi Putranto,
S.Pt., M.Sc. Ph.D Ir.Desia
kaharudin.M.p
NIP. 19740905 200003 1
001 NIP.
19600617 198603 2 002
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah–Nya karena penulis telah selesai mengikuti Kuliah Lapang (KL) di Balai
Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU HPT) Padang Mangatas,
Kec.Luhak, Kab.Lima Puluh Kota, Propinsi Sumatra Barat dan telah selesai
menyusun laporan KL tepat waktu.
Ucapan terimakasih
penulis ucapkan kepada seluruh dosen jurusan peternakan UNIB yang telah memberi
dukungan dan semangat khususnya kepada ibu Ir.Desia kaharudin.M.p dan Heri Dwi
Putranto, S.Pt., M.Sc., Ph.D., selaku dosen pembimbing dan koordinator KL. Tak
lupa pula kepada penulis mengucapkan terimakasih kepada Ir.Sugiono selaku
kepala BPTU HPT Padang Mangatas, serta kepada staf dan karyawan yang telah
mengizinkan penulis menimba ilmu dan mendapat pengalaman baru selama KL.
Tak lupa juga penulis
mengucapkan Terimakasih untuk sahabat-sahabat seperjuangan saya swaktu
melakukan KL dari UNIB, UNAND, UINSUSKA RIAU,
UGM, dan adik-adik SMK Peternakan Solok,
yang telah bersedia berbagi pengalaman baik
dalam dunia peternakan,Canda-Tawa,serta jalinan
Persahabatan/kekeluargaan yang tak terlupakan dan selamanya akan dikenang.
Laporan ini disusun
sebagai syarat lulus Mata Kuliah Kerja Lapang jurusan Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Bengkulu. Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini
masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
untuk memperbaiki laporan ini. Semoga Bermanfaat.
Bengkulu,
Febuari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
LAPORAN
PENEGESAHAN……………………..……………………………………………...i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Kebutuhan protein hewani yang berupa daging, telur
dan susu terus mengalami peningkatan.
Hal ini disebabkan oleh pertambahan populasi manusia yang juga disertai
peningkatan pola pikirnya. Hal ini merupakan
tuntutan dan juga sekaligus tantangan bagi dunia peternakan untuk mampu
menyediakan kebutuhan ini. Selain tantangan dan juga tuntutan, hal ini
merupakan peluang yang sangat menjanjikan bagi dunia peternakan. Pengembangan
skala usaha peternakan yang secara
intensif maupun ekstensif sangat berpengaruh
terhadap peningkatan produksi peternakan.
Upaya yang
ditempuh oleh jurusan peternakan untuk
melahirkan lulusan-lulusan sarjana terampil dan pengalaman kerja di lapangan,
program praktek kerja di lapangan dimuat
dalam mata kuliah wajib Kerja Lapang (KL).
Kuliah lapang merupakan suatu kegiatan penerapan ilmu yang diperoleh mahasiswa
dibangku perkuliahan pada suatu lapangan pekerjaan untuk melatih mahasiswa agar
mengenal situasi dunia kerja sekaligus untuk meningkatkan kualitas mahasiswa
itu sendiri. Melalui praktek kerja lapangan yang dilakukan mahasiswa dapat
diperoleh pengalaman praktis di dunia kerja, serta dapat melakukan pengkajian
terhadap penerapan keilmuan dan teori yang diperoleh mahasiswa selama proses
pembelajaran di perguruan tinggi.
Upaya pengembangan bibit sapi
potong di Indonesia merupakan langkah strategis dalam penyediaan bibit sapi
skala nasional di masa mendatang dalam rangka menghadapi era perdagangan bebas
dan mengurangi ketergantungan impor. Pembibitan sapi potong merupakan sumber
utama sapi bakalan bagi usaha penggemukan sapi potong di Indonesia, selain itu
sapi impor asal Australia juga merupakan sumber sapi bakalan yang makin penting
bagi usaha penggemukan, walaupun perannya masih relatif kecil (Hadi dan Ilham,
2002).
BPTU HPT Padang Mengatas merupakan salah satu balai yang menaungi pembibitan ternak unggul, yang salah-satu fungsinya yaitu Pelaksanaan pemeliharaan, perkawinan,
pencatatan, pembibitan serta pelayanan teknik produksi sapi potong unggul. Oleh
karena itu di BPTU HPT Padang Mangatas inilah tempat yang dipilih sebagai
tempat untuk kerja lapang sebagai tempat menimba ilmu secara langsung
dilapangan.
1.2.Tujuan.
Kegiatan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut :
1.
Memberikan kesempatan
pada mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan pihak lain
terkait dengan usaha peternakan
2.
Memberikan kesempatan
kepada mahasiswa berpartisipasi dengan usaha peternakan
3.
untuk menambah wawasan dan ilmu serta mendapat pengalaman di bidang peternakan dengan cara praktek langsung dilapangan, agar tercipta calon - calon sarjana peternakan yang siap langsung
terjun ke masyarakat
- Agar
mahasiswa mengetahui masalah yang sering terjadi di lapangan serta dapat
memecahkan masalah yang sering terjadi dilapangan.
1.3.Hasil yang diharapkan
Dari kuliah lapang yang telah
dilaksanakan maka hasil yang diharapkan yaitu:
1.
Mahasiswa memiliki
kemampuan yang nyata dalam usaha peternakan
2.
Mahasiswa mampu membaca
peluang usaha peternakan dan dapat menganalisa berbagai permasalahan yang ada.
3.
Kemapuan berkomunikasi
mahasiswa meningkat melalui praktik langsung yang berhubungan dengan pihak
pengelola usaha peternakan.
4.
Mahasiswa mendapat
pengalaman dan Ilmu di Lapangan serta dapat mengaplikasikan ilmu tersebut,.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Singkat BPTU HPT Padang Mangatas
BPTU dan HPT Padang Mengatas merupakan Unit Pelaksana
Teknis Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan yang berperan dalam menghasilkan
bibit ternak sapi potong unggul serta hijauan pakan ternak, yang berlokasi di Padang Mengatas,
kecamatan Luhak Kabupaten Lima Puluh Kota, propinsi Sumatera Barat. Berjarak ± 12 Km dari kota Payakumbuh dan ± 136 Km
dari Kota Padang.
BPTU dan HPT Padang Mengatas memiliki luas areal 280
ha, yang terdiri dari 268 ha kebun rumput dan pastura, 12 ha untuk kandang, kantor, perumahan dan jalan.
Keadaan tempat/topografi bergelombang dan berbukit landai dengan ketinggian 700
–900 m dari permukaan laut. BPTU
Sapi Potong Padang Mengatas beriklim tropis dan temperatur mencapai 18º–28 ºC
(rata-rata 23 ºC), kelembaban 70% serta curah hujan 1800 mm/tahun
BPTU Padang Mengatas pertama kali
didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda (1916), ternak yang dikembangkan
adalah kuda dan pada tahun 1935 didatangkan sapi Zebu dari Benggala India untuk
dikembang biakan. Pada zaman Revolusi Kemerdekaan (1945 –1949) kegiatannya
terhenti, Pada tahun 1951 – 1953 dijadikan sebagai Stasiun Peternakan
Pemerintah dan di beri nama Induk Taman Ternak (ITT) Padang Mangatas. Pada
tahun 1955 ITT Padang Mengatas merupakan stasiun peternakan yang terbesar di
Asia Tenggara, dimana ternak yang dipelihara adalah ternak kuda, sapi, kambing
dan ayam.
Berdasarkan keputusan Menteri Pertanian
Republik Indonesia No.292/Kpts/OT.210/4/2002 tanggal 16 April 2002 berubah nama
menjadi Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Sapi Potong Padang Mengatas
dengan wilayah kerja meliputi seluruh propinsi di Indonesia.
Hingga pada tahun
2013 keluarlah keputusan baru bahwa Balai ini berubah fungsi sekaligus nama
menjadi BPTU dan HPT atau Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan
Ternak
Padang Mangatas.
2.2 Struktur organisasi
Struktur organisasi merupakan alat
untuk membantu manajemen dalam mencapai tujuannya. Struktur organisasi dapat
memiliki pengaruh yang besar pada anggotanya. Pengaruh struktur organisasi
terhadap kepuasan dan kinerja karyawan mengarah pada suatu kesimpulan yang
sangat jelas. Struktur organisasi menjelaskan bagaimana tugas kerja akan
dibagi, dikelompokkan dan dikoordinasikan secara formal.
Keberhasilan suatu Balai tidak
terlepas dari suatu perencanaan yang terorganisasi. Maka untuk menunjang suatu
kegiatan operasional perusahaan sangat dibutuhkan struktur organisasi. Fungsi
dari struktur organisasi adalah untuk menentukan seorang tenaga kerja yang
bertanggung jawab terhadap pekerjaan dan kepada siapa ia harus melaporkan hasil
kegiatannya. Hal ini sangat diperlukan agar setiap tenaga mengetahui hak dan
kewajibannya.
Bagan Struktur
organisasi di BPTU HPT Padang Mangatas sbb:
2.3.Plot/Padang Pengembalaan/pastura
Plot
yang ada di BPTU padang mengatas terbagi menjadi dua wilayah yaitu wilayah
barat dan wilayah timur, utnuk wilayah barat terdapat 1-23 plot dan wilayah
timur terdapat dari plot A-F
1.Plot Wilayah Barat
Plot
|
Luas Plot (Ha)
|
I
|
5.23
|
II
|
3.2
|
III
|
0.75
|
IV
|
2.5
|
Kebun Koleksi
|
0.5
|
VI
|
2.5
|
VII barat
|
2.41
|
VIII
|
5.09
|
IX
|
5.6
|
X
|
5.65
|
XI
|
8.7
|
XII A
|
6.7
|
XII B
|
8.9
|
XIII Barat
|
6.9
|
XIV Barat
|
6.09
|
XV Barat
|
6.9
|
XVI
|
10.5
|
XVII Barat
|
5.43
|
XVIII Barat
|
7.1
|
XIX A
|
6
|
XIX B
|
8.9
|
XX
|
5.45
|
XXI
|
3.1
|
XXII
|
6
|
XXIII
|
4.7
|
Restorasi
|
0.6
|
2.Plot Wilayah Timur
Plot
|
Luas (Ha)
|
A
|
2.9
|
B
|
5.6
|
C
|
4
|
VII Timur
|
4.66
|
XIII Timur
|
5.2
|
XIV Timur
|
6.7
|
XV Timur
|
8.91
|
XVII Timur
|
5.73
|
XVIII Timur
|
10.62
|
F A
|
15
|
F B
|
10
|
2.4.Tenaga Kerja
Tenaga Kerja
di BPTU-HPT Padang
Mengatas diklasifikasikan berdasarkan
Pendidikan dan Golongan.
Tenaga Kerja tersebut
sebagian besar berasal dari
daerah sekitar Padang Mengatas, sedangkan tenaga kerja (karyawan)
yang tempat tinggalnya
jauh dari Balai disediakan Kompleks
Perumahan Dinas untuk menunjang kinerja agar berjalan secara baik,
teratur dan optimal. Tenaga
kerja di BPTU-HPT
Padang Mengatas seperti
pada tabel berikut ini :
Tabel tenaga kerja menurut pendidikan
No
|
Pendidikan
|
Jumlah
|
1
|
S2
|
5 orang
|
2
|
Dokter hewan
|
4 orang
|
3
|
S1
|
15 orang
|
4
|
D4
|
3 orang
|
5
|
D3
|
6 orang
|
6
|
Sma
|
47 orang
|
7
|
Smp
|
2 orang
|
8
|
Sd
|
6 orang
|
Jumlah
|
88 orang
|
Untuk penjelasan tenaga kerja yang ada di BPTU pada
saat ini secara keseluruhan berjumlah sebanyak 105 tenaga kerja dari semua
bidang, teridiri dari 88 orang PNS dan 17 orang honorer.
2.5.Populasi ternak
Padang mengatas mengembangbiakkan tiga jenis sapi
yang terdiri dari Sapi Limausine (Boss taurus), Sapi Simmental (Boss taurus)
dan Sapi Pesisir (Boss indicus).Berdasarkan catatan penanggungjawab recording
populasi ternak di BPTU-HPT Padang Mengatas bisa dilihat pada tabel populasi di bawah ini yaitu :
Jenis
Sapi
|
Dewasa
|
Dara
|
Anak
|
Jumlah
|
|||
Jantan
|
Betina
|
Jantan
|
Betina
|
Jantan
|
Betina
|
||
Limausine
|
-
|
138
|
3
|
6
|
20
|
22
|
189
|
Simmental
|
3
|
327
|
37
|
66
|
79
|
99
|
611
|
Pesisir
|
10
|
94
|
-
|
-
|
10
|
21
|
135
|
Jumlah
|
13
|
559
|
40
|
72
|
109
|
142
|
935
|
*Data Per 1 Januari 2015 ( Data Bulan Desember
2014)
2.6. Bangsa Sapi
Sapi
pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos Sundaicus), sapi Zebu (Bos
Indicus), dan sapi Eropa (Bos Taurus). Bangsa sapi berkembang sesuai
dengan perkembangan pemasukkan ternak dan hasil persilangan yang dilakukan,
tetapi pada dasar perkembangan masih tergantung dari ketiga bangsa sapi
tersebut di atas.
Menurut
Sudarmono dan Sugeng (2008), ciri-ciri bangsa sapi tropis yaitu memiliki
gelambir, kepala panjang, dahi sempit, ujung telinga runcing, bahu pendek,
garis punggung berbentuk cekung, kaki panjang, tubuh relative kecil, dengan
bobot badan 250-650 kg, tahan terhadap suhu tinggi, tahan terhadap caplak. Sedangkan
Sapi dari subtropis memiliki bentuk kepala pendek, ujung telinga tumpul, garis
punggung lurus, kaki pendek, bulu panjang dan kasar, tidak tahan terhadap suhu
tinggi, banyak minum dan kotorannya basah, cepat dewasa kelamin dan bentuk
tubuh besar.
Untuk
sapi lokal indonesia sendiri ada sapi bali, sapi grati, serta sapi pesisir.
namun meskipun sapi itu disebut lokal, namun dipercaya masih ada keturunan lain
(Anonim, 2014)
2.7. Pemeliharaan
Usaha penggemukan sapi akhir-akhir ini semakin
berkembang, hal ini ditandai dengan semakiun banyaknya masyarakat maupun daerah
yang mengusahakan penggemukan sapi. Dewasa ini usaha penggemukan sapi sudah
menyebar ke beberapa daerah di luar Jawa, seperti Lampung Sulawesi dan Aceh.
Penggemukan sapi dapat dilakukan secara perseorangan hingga skala usaha yang
besar, namun ada pula yang mengembangkan usahanya dalam bentuk kelompok dalam
kandang yang berkelompok pula (Siregar, 2006).
Sapi potong
menjadi salah satu pilihan komoditas yang diyakini bisa menjadi sumber
pendapatan keluarga. Proses pemeliharaan sapi potong cukup mudah dilakukan.
Namun, juga banyak kendalanya. Kendala tersebut pemeliharaan yang dilakukan
peternak. Beberapa peternak belum memiliki orientasi bahwa beternak sapi potong
bisa menjadi sumber pendapatan utama. Sehingga pemeliharaannya tidak hanya
dilakukan secara asal – asalan. Banyak harus diketahui peternak sebelum
mengenal management pemeliharaan. Pemilihan bibit, pemberian pakan, dan
pemasaran. Pemasalahan tersebut sering kali menjadi kendala para peternak.
Para peternak
harus memperhatikan bibit yang akan dipelihara. Banyak macam untuk dapat
memilih bibit sesuai dengan kebutuhannya. Pemilihan bibit harus memperhatikan
beberapa hal antara lain :
1. .Kondisi sehat dan kuat
2. Badan lebar dan dalam
3. Pedagingannya padat dan bentuk badannya kompak
4. Temperamennya aktif, tetapi lembut
5. Kepala lebar, moncong tumpul.
2. Badan lebar dan dalam
3. Pedagingannya padat dan bentuk badannya kompak
4. Temperamennya aktif, tetapi lembut
5. Kepala lebar, moncong tumpul.
Kandang merupakan salah satu unsur penting dalam suatu usaha
peternakan, terutama dalam penggemukan ternak potong. Bangunan kandang yang
baik harus bisa memberikan jaminan hidup yang sehat dan nyaman. Bangunan
kandang diupayakan pertama-tama untuk melindungi sapi terhadap gangguan dari
luar yang merugikan, baik dari sengatan matahari, kedinginan, kehujanan dan
tiupan angin kencang. Selain itu, kandang juga harus bisa menunjang peternak
dalam melakukan kegiatannya, baik dari segi ekonomi maupun segi kemudahan dalam
pelayanan. Kandang berfungsi sebagai lokasi tempat pemberian pakan dan minum.
Dengan adanya kandang, diharapkan sapi tidak berkeliaran di sembarang tempat,
mudah dalam pemberian pakan dan kotorannya pun bisa dimanfaatkan seefisien
mungkin (Anonimc, 2012
Dalam
pembangunan kandang atau perkandangan diperlukan perencanaan yang seksama.
Perencanaan tersebut perlu dipertimbangkan persyaratan-persyaratan yang harus
dipenuhi dari sebuah bangunan perkandangan (Purbowati & Rianto, 2009) :
1. Letak
kandang terpisah dari rumah dengan jarak lebih dari 10 meter.
2. Kandang
harus berada di lokasi yang lebih tinggi dari tanah sekitarnya, untuk menghindar genangan air pada saat
musim penghujan.
3. Dibelakang
kandang dibuatkan lobang untuk menampung kotoran ternak.
4. Ventilasi
kandang cukup baik.
5. Usahakan
lokasi kandang dekat dengan sumber air.
6. Bahan
bangunan kandang terbuat dari kayu, bambu atau bahan lain yang kuat.
Ukuran
kandang juga harus diperhatikan. Ini sangat berpengaruh untuk kenyaman dari
sapi. Apabila sapi merasa nyaman maka sapi tidak mudah stress. Ukuran kandang
yang ideal untuk setap ekor sapi adalah sebagai berikut sapi induk : 2x1,5m2
dan pejantan 2x 1,5m2/ekor.
Dalam
pemeliharaan penggemukan sapi, pakan sangat berpengaruh. Komposisi dari pakan
harus diperhatikan. Pemberian pakan yang sangat mungkin diberikan sehingga
mendapatkan hasil yang maksimal adalah sebagai berikut :
1.Pakan hijauan,yaitu bahan
yang banyak mengandung serat kasar dengan nilai cerna yang rendah dan cukup
protein seperti rumput gajah, rumput raja, benggala, satria, dan lain – lain.
Jenis legume seperti gamal, acasia vilosa, turi serta dari jenis daun-daunan
dan jerami. Pakan hijauan diberikan 10% dari berat badan perhari. Hijauan yang
diberikan merupakan campuran antara rumput dan kacang- kacangan dengan
perbandingan 2/3 bagian rumput dengan 1/3 kacang-kacangan, diberikan 2-3 kali
sehari.
2.Pakan Penguat (
Konsentrat). Pakan penguat adalah campuran bahan yang disusun sedemikian rupa.
Pemeliharaan
sapi untuk ternak kerja, Pada pemeliharaan ini perlu diperhatikan adalah ternak
sebaiknya tidak dikerjakan pada waktu tertentu sbb:
1.Satu bulan setelah dikawinkan
2.Dua bulan sebelum melahirkan
3.Satu bulan setelah melahirkan
4.Pengolahan reproduksi
2.Dua bulan sebelum melahirkan
3.Satu bulan setelah melahirkan
4.Pengolahan reproduksi
Kawinkan sapi
betina untuk pertama kalinya pada umur 15 – 20 bulan,sedangkan yang jantan pada
umur 15-24 bulan. Bila sapi menunjukkan tanda-tanda birahi pagi hari,kawinkan
12-18 jam. Perkawinan dinyatakan berhasil bila sapi memeprlihatkan tanda-tanda yaitu:Tidak muncul birahi
pada periode berikutnya, sapi kelihatan lebih tenang, nafsu makan dan minum
bertambah, rongga perut bertambah besar. Kebuntingan sapi rata-rata berlangsung
selama 283 hari
Dalam
pemeliharaan ternak sapi harus juga menegetahui beberapa Penyakit yang sering
menyerang ternak sapi yaitu:
1.Ngorok
(SE)
Gejalah :Demam tinggi,badan
lemah dan gemetar Banyak air liur Pembengkakan dileher , pundak kaki depan dan
lidah Penyempitan saluran pernafasan sehingga sulit nafas.
Pencegahan : ternak diberi vaksin anti SE. Pengobatan L dengan menggunakan antibiotika dan sulfa
Pencegahan : ternak diberi vaksin anti SE. Pengobatan L dengan menggunakan antibiotika dan sulfa
2.Radang Kuku (Foot Rot)
Gejala
: 1.Pembengkakan pada kuku
dan sekitarnya.Tumit,
2.kuku mengelupas dan timbul bisul ,
ternak pincang dan bisa lumpuh
Pencegahan: Lantai harus kering, kuku dipotong ,dibersihkan dengan larutan Betadine dan dibalut, hal ini diulang setiap minggu.
Pencegahan: Lantai harus kering, kuku dipotong ,dibersihkan dengan larutan Betadine dan dibalut, hal ini diulang setiap minggu.
3.Bioat (Tymphani,Kembung Perut)
Gejalah:Lambung bagian kiri membesar.Nafsu
makan berkurang atau hilang sama sekali,sapi gelisah,sesak nafas,bila sudah
dibaringkan susah berdiri.
Pencegahan:Jangan terlalu banyak memebrikan hijauan yang banyak mengandung
air, (rumput muda yang banyak kena embun), diberi makan kasar dan jerami kering
( hay) untuk mengeluarkan gas diberikan minuman larutan gula merah dan air
asam.(suara komunitas.com)
2.8. pakan
Sukses tidaknya industri peternakan di
Indonesia, khususnya industri ternak ruminansia tergantung pada beberapa
faktor. Salah satu faktor yang sangat penting adalah pengembangan tanaman untuk
penyedian pakan utamanya yang berupa hijauan. Pakan utama ternak ruminansia
adalah hijauan, hijauan memiliki kadar serat kasar yang tinggi. Komponen terbesar
dari serat kasar adalah berupa dinding sel yang terdiri dari selulosa,
hemiselulosa, dan lignin.
Pakan merupakan salah satu unsur penting yang menunjang
kesehatan, pertumbuhan dan reproduksi ternak. Tujuan utama pemberian pakan
adalah menjamin pertambahan bobot badan selama pertumbuhan serta menjamin
produksi yang paling ekonomis. Salah satu tuntutan kebutuhan hidup sapi yang
utama adalah kebutuhan pakan, disamping kebutuhan linkungan hidup dan
sebagainya. Maksud pemberian pakan kepada ternak sapi adalah untuk perawatan
tubuh atau kebutuhan pokok hidup dan keperluan berproduksi. Tujuan pemberian
pakan ini dibagi menjadi dua golongan, yaitu makanan perawatan, untuk
mempertahankan hidup dan kesehatan dan makanan produksi untuk pertumbuhan dan
pertambahan berat. Jumlah pakan yang diperlukan hewan tergantung pada kondisi
lingkungan, baik untuk kebutuhan pokok hidup (perawatan) ataupun berproduksi.
Pada sapi tropis membuthkan pakan perawatan relatif lebih sedikit dari dari
pada subtropis. Sapi yang hidup didaerah sedang penggunaan energi untuk
pemanasan tubuh akan lebih tingggi.
2.8.1. Pakan Hijauan
Pakan hijauan ialah semua bahan pakan yang
berasal dari tanaman ataupun tumbuhan, misalnya bangsa rumput (Gramineae),
legum dan tumbuh-tumbuhan lain. Pakan hijauan ini dapat diberikan dalam dua
macam bentuk, yaitu dalam bentuk hijauan segar (diberikan dalam keadaan masih
segar ataupun berupa “silase”) dan dalam bentuk kering, bisa berupa “hay”
(hijauan yang sengaja dikeringkan) atau jerami kering (sisa hasil ikutan
pertanian yang dikeringkan). Pakan hijauan ini banyak mengandung serat kasar.
Seekor ternak sapi diberi hijauan tergantung dari berat badannya, sekitar ± 10%
dari berat badan.
2.8.2.Pakan Konsentrat (Penguat)
Pakan konsentrat adalah campuran bahan-bahan
makanan yang dicampur sedemikian rupa sehingga menjadi suatu bahan makanan yang
berfungsi untuk melengkapi kekurangan gizi dari bahan makanan lainnya
(hijauan). Pakan konsentrat mempunyai kandungan serat kasar rendah dan mudah
dicerna. Pemberian pakan konsentrat per ekor per hari ± 1% dari berat badan.
Contoh bahan pakan konsentrat adalah dedak, bekatul,
bungkil kelapa, tetes, jagung dan berbagai ubi.
2.8.3.Pakan Tambahan
Pakan tambahan dapat berupa vitamin, mineral
dan urea. Pakan tambahan ini dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara
intensif, yang hidupnya berada di dalam kandang terus menerus. Vitamin yang
dibutuhkan ternak sapi adalah vitamin A (karotin) dan vitamin D. Mineral
dibutuhkan oleh sapi untuk berproduksi. Mineral yang dibutuhkan oleh sapi
terutama adalah Ca dan P. Ca dan P ini dapat diperoleh dari tepung tulang
(mengandung 23-33% Ca dan 10-18% P). Urea hanya dapat diberikan kepada sapi
dalam jumlah yang sangat terbatas, yaitu 2% dari seluruh ransum yang diberikan.(serdangbedagaikab.go.id,
2009).
Ternak dapat memproleh protein dari
rumput akan tetapi umumnya tidak cukup untuk pertumbuhannya.Leguminosa dapat
menyediakan tambahan protein karena kandungan protein dalam daunnya jauh lebih
tinggi daripada rumput. Daun legum juga menyediakan mineral-mineral essensial
dan vitamin bagi pertumbuhan ternak.
Tanaman leguminosa meskipun
mempunyai kandungan nutrisi cukup tinggi tetapi hanya dapat digunakan sebagai
campuran pakan hijauan paling banyak 50% dari total hijauan yang diberikan
(Susetyo, 1980). Hal ini disebabkan karena dalam leguminosa terdapat zat anti
nutrisi seperti mimosin, anti tripsin, dan juga mempunyai banyak bulu sehingga
palatabilitasnya rendah.
pakan
utama hewan ternak ruminansia adalah hijauan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mersyah
(2005) menyatakan bahwa pakan utama ternak ruminansia adalah hijauan sekitar
60-70%.
Winugroho (2002) menyatakan bahwa jumlah
kebutuhan pakan setiap ternak berbeda tergantung pada jenis ternak, umur, fase
(pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan
lingkungan tempat hidupnya (temperatur, kelembapan udara) serta bobot badannya.
2.9.Kesehatan
Salah satu penghambat yang sering dihadapi dalam usaha peternakan adalah penyakit. Bahkan tidak jarang
peternak mengalami kerugian dan tidak lagi beternak akibat adanya kematian pada
ternaknya. Upaya pengendalian penyakit pada hakekatnya bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan melalui cara pemeliharaan yang baik, sehingga peternak
memperoleh pendapatan secara maksimal. Upaya yang dilakukan untuk pengendalian
penyakit dapat dilakukan melalui usaha pencegahan penyakit dan atau pengobatan
pada ternak yang sakit. Usaha pencegahan dinilai lebih penting dibandingkan
pengobatan, ((Anonim,
2010).
Deteksi penyakit hewan secara dini merupakan bagian
terpenting dalam upaya untuk mengantisipasi masuk dan berkembangnya
penyakit-penyakit hewan di Indonesia. Bahri (1998) menyatakan bahwa dalam
menghadapi era perdagangan bebas, maka Institusi (Laboratorium) Veteriner di
Indonesia harus dapat mengembangkan diri dalam kemampuannya mendeteksi penyakit
hewan secara dini.
BAB. III
METODELOGI
3.1.Waktu dan Tempat
Kegiatan Kerja
Lapang ini dilaksanakan dari tanggal 15 Januari sampai dengan 30 januari 2015
di BPTU dan HPT Padang Mengatas Sumatera Barat.
3.2.Jadwal Kegiatan
BAB. IV
PELAKSANAAN KERJA LAPANG
4.1 Hasil Kegiatan Kuliah Lapang
Kegiatan
Hari Ke-1 (Rabu, 14 Januari 2015)
Kegiatan Orientasi
Jam (WIB)
|
Kegiatan
|
Keterangan
|
09.00-12.00
|
Penerimaan
dari Pihak BPTU HPT Padang Mengatas
|
Sambutan
penerimaan dari pihak BPTU HPT Padang Mengatas kepada kami, dengan urutan
sebagai berikut:
1.
Pembukaan dari Ibu Multi Viza Muslim, S.Pt.
2.
Sambutan pertama dari
Bapak Ir. Irwandi, M.P.
3.
Pengenalan
dengan pegawai-pegawai BPTU HPT padang Mengatas
|
Kegiatan
Hari Ke-2 (kamis, 15 januari 2015)
Jam
( WIB )
|
KEGIATAN
|
KETERANGAN
|
07.30-10.00
|
Pemeliharaan
ternak dikandang
|
mensanitasi
kadang dengan cara membersihkan kandang, tempat pakan, dan memandikan ternak.
Melihat-lihat kandang ternak yang digunakan seperti kandang
ramayana, kandang bul, kandang induk-anak, kandang sapih, dan kandang
kesehatan.
|
10.00-11.30
|
Membedah ternak yang mati karena terserang penyakit
komplikasi. Melihat organ-organ yang telah rusak.
|
|
11.30-12.00
|
memberi
pakan hijauan
|
|
12.00-13.00
|
Istirahat
|
Istirahat,sholat,
makan
|
13.00-14.00
|
Pemeliharaan
ternak dikandang
|
memberi
pakan hijauan dan minum
|
16.00
|
Pulang
|
pulang
menuju kosan
|
Kegiatan Hari Ke-3(jumat, 16 januari 2015)
Pemeliharaan Ternak Di Lapangan
Jam
( WIB )
|
KEGIATAN
|
KETERANGAN
|
07.30-12.00
|
Pemeliharaan
ternak di lapangan
|
Menggiring ternak yang ada dilapangan ke kandang
restorasi secara manual.
Mengamati sapi birahi yang ada dilapangan kandang
restorasi.
|
12.00-13.30
|
Istirahat
|
Istirahat
sholat makan
|
13.00-16.00
|
mengamati
sapi birahi yang ada di lapangan kandang restorasi.
palpasi
rektal
|
|
16.30
|
Pulang
|
Pulang
|
Kegiatan hari ke-4(saptu, 17 januari 2015)
Perawatan Kebun Rumput, penyediaan
HPT dan konsentrat
Jam
( WIB )
|
KEGIATAN
|
KETERANGAN
|
07.30-10.00
|
Memberikan konsentrat
|
Memberikan konsentrat ke kandang-kandang ternak dan
konsentrat untuk ternak yang digembalakan di lapangan.
|
10.00-12.00
|
Mencacah rumput potong
|
Menyiapakan
alat dan membersihkan mesin chopper dari sisa sisa rumput, Mencacah rumput
potong mengunakan chopper.
|
12.00
|
Pulang
|
Menuju kekossan
|
Kegiatan hari ke-5(senin, 19 januari 2015)
Perawatan Kebun Rumput, penyediaan
HPT dan konsentrat
Jam
( WIB )
|
KEGIATAN
|
KETERANGAN
|
07.30-09.00
|
Pemberian
konsetrat
|
Memberikan konsetrat keternak yang berada dikandang dan
ternak yang ada dilapangan
|
09.00-12.00
|
Panen biji
|
Memanen biji legum stilosantes yang ada diplot 11 untuk
dijadikan bibit kembali.
|
12.00-13.00
|
Istirahat
|
istirahat sholat
makan
|
13.00-15.00
|
Pembuatan konsetrat
|
Membuat konsetrat
dengan menggunakan mixer. Bahan-bahan konsetrat adalah konsetrat jadi 40%,
dedak 40%, bungkul kelapa 16%, garam 2%, dan mineral 2%. Kemudian konsentrat
di dimasukkan kedalam karung kemudian disimpan serta diberikan keternak
keesokkan harinya.
|
16.00
|
Pulang
|
pulang menuju kosan
|
Kegiatan hari ke-6(selasa, 20 januari 2015)
Perawatan Kebun Rumput, penyediaan
HPT dan konsentrat
Jam
( WIB )
|
KEGIATAN
|
KETERANGAN
|
07.30-09.00
|
Pemberian
konsetrat
|
Memberikan konsetrat keternak yang berada dikandang dan
ternak yang ada dilapangan
|
09.00-12.00
|
Materi
|
Materi tentang
pakan oleh bapak yosela dan mbk fauziah
|
12.00-13.00
|
Istirahat
|
istirahat sholat
makan
|
13.00-15.00
|
Pemanenan hijauan pakan ternak
|
Memanen rumput
gajah yang ada dilahan hijauan kemudian diangkut kedalam truk dan dibawa
kegudang pakan.
|
16.00
|
Pulang
|
pulang menuju kosan
|
Kegiatan hari ke-7(rabu, 21 januari 2015)
Pembibitan dan produksi ternak unggul
Jam
( WIB )
|
KEGIATAN
|
KETERANGAN
|
07.30-12.00
|
Teknik produksi
dan pembibitan
|
Menggiring ternak yang ada dilapangan ke lapangan kandang
restorasi
Mengamati sapi
yang birahi kemudian dicatat
Memisahkan sapi
yang buntung dan sapi yang kosong
|
12.00-13.00
|
Istirahat
|
istirahat sholat
makan
|
13.00-15.00
|
Teknik produksi
dan pembibitan
|
Mengamati sapi
yang birahi kemudian dicatat
Memisahkan sapi
yang bunting dan sapi yang kosong dan kemudian di IB
|
16.00
|
Pulang
|
pulang menuju kosan
|
Kegiatan hari ke-8(kamis, 22 januari 2015)
Pembibitan dan produksi ternak unggul
Jam
( WIB )
|
KEGIATAN
|
KETERANGAN
|
07.30-12.00
|
Teknik produksi
dan pembibitan
|
Menggiring ternak yang ada dilapangan ke lapangan kandang
restorasi
Mengamati sapi
yang birahi kemudian dicatat
|
12.00-13.00
|
Istirahat
|
istirahat sholat
makan
|
13.00-15.00
|
Teknik produksi
dan pembibitan
|
Mengamati sapi
yang birahi kemudian dicatat
Mengamati dan
melihat sapi yang partus
Palpasi rektal
|
16.00
|
Pulang
|
pulang menuju kosan
|
Kegiatan hari ke-9(jumat, 23 januari 2015)
Pembibitan dan produksi ternak unggul
Jam
( WIB )
|
KEGIATAN
|
KETERANGAN
|
07.30-12.00
|
Teknik produksi
dan pembibitan
|
Menggiring ternak yang ada dilapangan ke lapangan kandang
restorasi
Mengamati sapi
yang birahi kemudian dicatat
Melihat sapi
pesisir yang berada diplot timur
|
12.00-13.30
|
Istirahat
|
istirahat sholat
makan
|
13.30-15.00
|
Teknik produksi
dan pembibitan
|
Mengamati sapi
yang birahi kemudian dicatat
Pemeriksaan
kebuntingan (PKB)
Pemberian nomor
pada pedet yang baru lahir
|
16.30
|
Pulang
|
pulang menuju kosan
|
Kegiatan hari ke-10(saptu, 24 januari 2015)
Kesehatan hewan
Jam
( WIB )
|
KEGIATAN
|
KETERANGAN
|
07.30-12.00
|
Kesehatan hewan
dikandang
|
Mensanitasi kandang dengan membersihkan kandang klinik
kesehatan
|
12.00
|
Pulang
|
Menuju kossan
|
Kegiatan hari ke-11(senin, 26 januari 2015)
Kesehatan hewan
Jam
( WIB )
|
KEGIATAN
|
KETERANGAN
|
07.30-12.00
|
Kesehatan hewan
dikandang
|
Mensanitasi kandang dengan membersihkan kandang klinik
kesehatan
Memberikan obat
pada sapi yang sakit
|
12.00-13.00
|
Istirahat
|
istirahat sholat
makan
|
13.00-15.00
|
Materi
|
Materi tentang
kesehatan hewan bersama dokter hewan ibu bahagia sari
|
16.00
|
Pulang
|
pulang menuju kosan
|
Kegiatan hari ke-12(selasa, 27 januari 2015)
Kesehatan hewan
Jam
( WIB )
|
KEGIATAN
|
KETERANGAN
|
07.30-12.00
|
Kesehatan hewan
dilapangan
|
Mengamati sapi yang sakit dikandang restorasi
Melakukan
spraiying yang berfungsi untuk menghilangkan caplak pada tubuh sapi
|
12.00-13.00
|
Istirahat
|
istirahat sholat
makan
|
13.00-15.00
|
Materi
|
Materi tentang
kesehatan hewan bersama dokter hewan ibu bahagia sari
|
16.00
|
Pulang
|
pulang menuju kosan
|
Kegiatan hari ke-13(rabu, 28 januari 2015)
Sarana dan
prasarana teknis
Jam
( WIB )
|
KEGIATAN
|
KETERANGAN
|
07.30-12.00
|
Sarana dan
prasarana
|
Membersihkan
jalan dan selokan agar bersih serta air berjalan lancar
Memerahkan tanah
lapangan gembala agar caplak/anak caplak mati
Ngelempeng rumput
axonopus compressus untuk ditanamkan dipinggiran jalan
|
12.00-13.00
|
Istirahat
|
istirahat sholat
makan
|
13.00-15.00
|
Materi
|
Materi dan
pengarahan dari bapak Drh Darwis tentang BPTU HPT
|
16.00
|
Pulang
|
pulang menuju kosan
|
Kegiatan hari ke-14(kamis, 29 januari 2015)
Sarana dan prasarana
teknis
Jam
( WIB )
|
KEGIATAN
|
KETERANGAN
|
07.30-12.00
|
Sarana dan
prasarana
|
Membersihkan
jalan dan selokan agar bersih serta air berjalan lancar
Memerahkan tanah
lapangan gembala agar caplak/anak caplak mati
|
12.00-13.00
|
Istirahat
|
istirahat sholat makan
|
13.00-15.00
|
Materi
|
Materi dan
pengarahan dari bapak Drh Darwis tentang BPTU HPT
|
16.00
|
Pulang
|
pulang menuju kosan
|
Kegiatan
ke-15(jumat, 30 januari 2015)
Evaluasi
kegiatan
Jam (WIB)
|
Kegiatan
|
Keterangan
|
14.00-16.00
|
Evaluasi
Kegiatan
|
Mengumpulkan
laporan kegiatan yang telah dibuat dan mempersentasikan kegiatan apa saja
yang dilakukan selama di BPTU sampai hari Rabu, 29 Januari 2014. Diakhir sesi
dibuka sesi tanya-jawab.
|
4.2.Pembahasan
4.2.1.Bangsa
Sapi
Jenis ternak yang dipelihara dan
dijadikan bibit di BPTU & HPT
Padang Mengatas terdiri dari 3 bangsa sapi yaitu sapi Limousine, sapi Simmental dan sapi Pesisir, namun sapi
pesisir masih tahap konservasi. Dari
tiga jenis bangsa sapi tersebut memiliki ciri khas , sapi limousine memiliki ciri khas pada warnanya
yaitu warna merah, kepala pendek, ujung telinga tumpul, garis punggung
lurus, kaki pendek, bulu panjang dan kasar, tidak tahan terhadap suhu tinggi,
banyak minum dan kotorannya basah, cepat dewasa kelamin dan bentuk tubuh besar.
Dari
hasil pengamatan sapi limousin yang
terdapat di BPTU sudah mengalami
perubahan warna bulu, seperti warna merah bata yang telah memudar, ukuran tubuh
lebih kecil, dan bulu yang lebih pendek. Hal ini membuktikan telah terjadi
persilangan antara sapi limousine dengan sapi Asia. Persilangan ini dilakukan
dengan tujuan agar sapi dari Eropa dapat hidup dan beradaptasi di Asia,
khususnya di Indonesia yang beriklim tropis, karena sapi simental berasal dari
daerah yang beriklim sub tropis. Sapi limousine yang ada di BPTU HPT Padang
Mangatas Berjumlah 189
ekor.
Bangsa sapi Simental berasal dari negara
Switzerland dan merupakan salah satu bangsa sapi yang paling terkenal di eropa,
dengan ciri yaitu berwarna merah dan bervariasi mulai dari merah gelap sampai
hampir kuning, totol-totol serta mukanya berwarna putih, Bentuk badan dari sapi
simmental ini panjang, padat dan kompak, berat badan dapat mencapai 800
kg untuk sapi yang betina sedang untuk sapi yang jantan dapat mencapai 1150 kg (Anonymus, 20141). Sapi simental yang ada di BPTU HPT padang Mangatas
Berjumlah 611 ekor.
Bangsa
sapi pesisir Merupakan plasma nutfah asli Indonesia yang hidup dikawasan
pesisir Sumatera Barat. Sapi terkecil no. 2 di dunia setelah sapi dexter. Sapi pesisir memiliki ciri-ciri sbb
Warna merah bata dominan, dan derajat heterozigositasnya tinggi, tanduk pendek
dan mengarah keluar seperti tanduk kambing, jantan memiliki kepala pendek,
leher pendek dan besar, belakang leher lebar, ponok besar, kemudi pendek dan
membulat, betina memiliki kepala agak panjang dan tipis, kemudi miring, pendek
dan tipis, tanduk kecil dan mengarah keluar, Warna bulu pola tunggal terdiri atas lima warna utama, yaitu
merah bata (34,35%), kuning (25,51%), coklat (19,96%), hitam (10,91%) dan putih
(9,26%), Umur bunting pertama 30 bulan, umur beranak pertama 40 bulan. (Jauzano, 2010).
Sapi pesisir yang ada di BPTU
terletak di bagian timur dari wilayah BPTU & HPT Padang Mengatas dan berjumlah 135 ekor,
dengan identifikasi spesifik berupa tubuh kecil, warna merah bata (adapula yang
coklat muda, keputih-putihan, dll), bertubuh kecil, bertanduk seperti kambing,
ada yang memiliki punuk, ujung ekor berwarna hitam serta garis memanjang secara
vertikal berwarna hitam dipunggung. Dari identifikasi ini, terlihat bahwa sapi pesisir ini memiliki ciri yang tak
jauh berbeda dengan literatur diatas,
karena sapi ini merupakan sapi asli Sumatra Barat.
4.2.
2.Sistem
Pemeliharaan
Pada Sistem pemiliharaan
sapi di BPTU & HPT Padanag Mengatas ada 3 tipe yaitu tipe
intensif, ekstensif dan semi intensif. Sistem ekstensif adalah semua aktivitasnya dilakukan di padang
penggembalaan yang sama. Sistem intensif adalah sapi-sapi dikandangkan
dan seluruh pakan disediakan oleh peternak, dan sistem semi intensif adalah memelihara sapi untuk
digemukkan dengan cara digembalakan dan pakan disediakan oleh peternak, atau
gabungan dari sistem ekstensif dan intensif (Anonymus, 20112).
v Perkandangan
Kandang
yang ada di BPTU berjumlah 9 kandang, karena sapi-sapi yang ada lebih banyak
dipelihara dengan sistem ekstensif, sedangkan sapi sapi yang dikandangkan
adalah sapi sapi yang sakit, sapi
yang lepas sapih, sapi yang baru melahirkan.Setiap
pagi dilakukan sanitasi kandang hal ini bertujuan agar ternak yang berada di
kandang merasa nyaman dan terhindar dari berbagai penyakit yang dapat
disebabkan oleh bakteri dan parasit dan dapat meninmbulkan kerugian ekonomi,
sehingga kebersihan kandang harus tetap terjaga.
Keadaan
kandang di BPTU ini umumnya sudah baik, dan sudah sesuai untuk peruntukannya
namun masih terdapat kekurangan yaitu masih ada kandang yang belum tersedia
tempat minum, padahal tempat minum ini sangat penting dan harus disediakan
secara edlibitum agar pakan dan air minum ternak terpenuhi sebaiknya dibuatkan
tempat pakan dan minum secara permanen dan berdekatan. Sirkulasi udara dan
sinar matahari di kandang sudah sesuai.
Untuk drynase
di kandang sudah cukup baik, feses dibuang dengan menggunakan tong sampah
dan dialirkan melalui saluran drynase langsung dimanfaatkan menjadi pupuk organik untuk HPT yang tersedia di paddock – paddock.
v Pakan (HPT
& Konsentrat)
Pakan adalah segala sesuatu
yang dikonsumsi oleh ternak untuk mencukupi kebutuhan harian ternak yang dapat
dicerna dan tidak mengganggu kecernaan ternak (Sarwono, 2002).
Sebagai balai yang dilabeli HPT, maka pakan hijauan
sangat perlu perhatian khusus baik di bidang kualitas maupun kuantitas. Di
balai ini memiliki kebun rumput yang merupakan lahan pakan hijauan untuk
kebutuhan sapi. Rumput yang ditanam untuk dijadikan rumput potong ialah rumput
Gajah, rumput Raja, dan rumput Benggala. Rumput yang ditanam di padang
penggembalaan untuk kebutuhan sapi ialah Brachiaria
decumbens dan Star grass serta
ada rumput karpet axonopus compressus .
Dari kondisi yang terlihat bahwa untuk jenis leguminosa harus di kembangkan
lagi seperti Turi, Lamtoro, Indigofera dan Gamal.
Selain ada lahan rumput, ada juga kebun koleksi, dimana
kebun koleksi ini ialah lokasi sumber bibit hijauan. Dari sini terlihat sudah
ada prospek yang bagus untuk pengembangan HPT yang mesti ditingkatkan
pengoptimalannya sehingga bukan hanya untuk koleksi melainkan pemanfaatan
sepenuhnya.
Dari
hasil pengamatan yang ada, pemeliharaan HPT dilakukan
dengan cara intensif yaitu dengan
penyiangan, pemupukan,dan pemberantasan dari
gulma dan penyakit tanaman. Pemupukan pada kebun rumput serta padang penggembalaan
dengan menggunakan pupuk organik dan anorganik, langkah percepatan kerja dengan
menggunakan alat seperti parang, rotta-vator,
dan hand-tractor.
Penyediaan
pakan ternak berupa HPT di BPTU HPT Padang Mangatas terbagi menjadi 2 tipe
untuk hijauan yaitu cut and carry dan
sistem pengembalaan. Pemberian pakan yang menggunakan sistem cut and carry dilakukan dengan cara
pemberian langsung rumput potong yang sudah dicacah ke ternak-ternak yang
dikandangkan sedangkan sistem pengembalaan yaitu ternak digembalakan di padang
penggembalaan dengan sistem grazing. Sistem
di paddock digunakan sebagai sistem pemelliharaan ekstensif. Rotasi grazing digunakan semestinya melalui
penghitungan carryng capacity.
Untuk pencacahan rumput dengan menggunakan mesin pencacah
(cowper) dengan tujuan untuk memudahkan sapi dalam mengkonsumsinya dan serta
dapat terpenuhinya nutrisi gizi pada ternak. Pakan
hijauan yang di cacah
untuk sapi dikandang berupa
rumput gajah, rumput Benggala dan rumput Raja. Rumput – rumput yang disebutkan sebelumnya merupakan rumput yang biasa
diberikan di peternakan yang ada di Indonesia. Pemberian pakan yang baik untuk
sapi ialah 10% dari berat badan sapi serta dibedakan sesuai dengan umur sapi, sedangkan
pemberian pakan dikandang ini hanya diberikan sesuai perkiraan saja berdasarkan
perkiraan penimbangan yang pernah dilakukan sebelumnya.
Selain pakan hijauan,
konsentrat merupakan pakan yang diberikan ke ternak, baik yang ada dikandang
serta di padang penggembalaan. Konsentrat adalah suatu bahan pakan yang digunakan bersama bahan
pakan lain untuk meningkatkan gizi dari keseluruhan bahan pakan dan dimaksudkan
untuk disatukan, dicampur sebagai suplemen atau pelengkap. Formulasi yaitu
terdiri dari dedak , konsentrat 162, bungkil kelapa,
mineral dan garam. Berikut adalah formulasi
serta persentasenya:
Bahan pakan
|
Persentase(%)
|
Dedak
|
40
|
Konsentrat 162
|
40
|
Bungkil Kelapa
|
16
|
Mineral
|
2
|
Garam
|
2
|
Jumlah
|
100
|
Pemberian konsentrat diberikan
sesuai dengan sesuai perkiraan saja berdasarkan perkiraan penimbangan yang
pernah dilakukan sebelumnya. Dalam kenyataan semestinya pemberian konsentrat
itu berdasar acuan berat badan, ada yang memberi anjuran sebesar 3-4% dari
berat badan. Selain itu pula semestinya ada perbedaan fomulasi konsentrat untuk
sapi induk, sapi muda, pedet, maupun bull.
Karena kebutuhan antara masing – masing kelompok berbeda.
Teknis pemberian konsentrat
yaitu diberikan pada pagi hari, dua jam sebelum pemberian pakan hijauan
dilakukan. Dalam langkah ini pemberian konsentrat sudah sesuai dengan acuan
yang ada, karena pemberian konsentrat sebelum pakan hijauan akan mengaktifkan
mikroba – mikroba dalam rumen yang dapat dengan mudah mencerna serat kasar pada
pakan hijauan yang nantinya akan diberikan. Namun ada hal yang lebih baik yaitu
pemberian konsentrat untuk waktu yang tepat ialah menjelang matahari terbit
(Anonim, 2014)
Lokasi pemberian dikandang
telah dijelaskan di sub bab kandang sebelumnya, sedangkan pemberian konsentrat
di padang penggembalaan itu ada 2 cara, di padang penggembalaan yang telah
memiliki tempat pakan, konsentrat akan disebarkan di tempat pakan itu, namun
untuk yang belum memiliki tempat pakan, konsentrat hanya disebarkan diatas
rerumputan. Kondisi seperti ini sebenarnya tidak efektif dan efesien, karena
konsentrat yang dikonsumsi akan banyak yang terbuang serta bisa saja terkena
parasit sebagai inang penyakit.
Sebagai pengoptimalan konsumsi
ternak, semestinya pemberian rumput harus dibarengi legum selain dengan
konsentrat, agar nutrisinya saling melengkapi. Sebenarnya sudah ada pemberian
legum, namun kuantitas yang belum sesuai dengan kebutuhan sehingga sebagai
subtitusinya digunakan rumput yang lebih.
4.2.3.Reproduksi Ternak
Sistem perkawinan di BPTU HPT Padang Mengatas ada dua cara yaitu Perkawinan
Secara alami dan Perkawinan Secara Buatan. Perkawinan secara Alami yaitu
perkawinan yang di lakukan langsung oleh pejantan ke induk betina yang mengalami gangguan reproduksi.
Selain langkah dikawinkan alam, indukan ini pula akan ditangani
secara khusus. Penanganan berupa pemberian
sepul sebagai langkah pembersihan rahim, pemberian vitamin, dan juga
penyuntikan hormon prostalglandin. Hal ini dilakukan
agar ternak yang mengalami gangguan reproduksi dapat birahi sehingga dapat
bunting kembali.
Kawin Buatan yaitu melalui IB, perkawinan ini bisa dilakukan karena indukan
masih produktif dan indukan mengalami 3A ( Abang,Abu,Angat ),serta mengalami
tingkat agresif yang tinggi sebelum dikawinkan.indukan yang mengalami birahi
harus ditangani secepat-cepatnya,karna tingkat birahi ini hanya berlangsung 12
jam. Sebelum Melakukan Perkawinan yang melaui IB ini yang harus di lakukan oleh
seorang insiminator yaitu mempersiapkan peralatan IB seperti Gun, plastik sik,
Straw, Glob ( Sarung Tangan Plasitk ), sabun,dll.
Cara melakukan IB yaitu insiminator mempersiapkan straw terlebih dahulu,
setelah itu inseminator mengambil gun dan plastik sit, lalu straw dimasukan kedalam Alat Gun-nya, straw
digunting dibagian atas lalu ditutup dengan plastik sik, setelah itu
inseminator wajib menggunakan Glob ( Sarung Tangan Plastik) untuk merogoh alat
reproduksi betina, sebelum melakukannya kotoran yang ada di rektum harus bersihkan terlebih dahulu setelah itu maka dilakukanlah penemuan serviks jika
telah ditemukan
maka gun masukan melalui vulva lalu straw ditembakkan.
Pelaksanaan
pengendalian penyakit pada ternak diterapkan dengan maksud untuk mencegah
masuknya penyakit hewan menular kedalam lingkungan sumber bibit melalui ternak, manusia dan
peralatan
yang tercemar bibit penyakit. Oleh karena itu, yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan pengendalian/penanganan ternak bibit adalah
penyakit hewan yang harus bebas, persyaratan pemasukan hewan agar hewan yang
baru datang tidak membawa Penyakit dan sistem pemeriksaan kesehatan hewan yang
secara rutin harus dilakukan.
Kesehatan ternak merupakan aspek yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup ternak, karena jika mengalami sakit harus sedini mungkin ditanggulangi.
Penyakit adalah Suatu kejadian yang bersifat negatif sebagai akibat yang
ditimbulkan oleh suatu bibit penyakit dan menyebabkan gangguan fisiologis pada
tubuh induk semang.
Di BPTU HPT Padang Mengatas sistem kesehatan ternak sudah cukup baik, itu
terlihat dari manajemen kesehatan yang dilakukan disana, misalnya sanitasi
kandang yang dilakukan setiap hari yaitu pada pagi hari, penyemprotan
(spraying) untuk mencegah ternak dari serangan ektoparasit seperti caplak atau
kutu, pemisahan
antara ternak yang sakit dan yang sehat, menangani ternak yang sakit seperti
terserang penyakit kutil, demam serta pengambilan sampel darah ternak yang
digunakan untuk mengetahui penyakit parasit darah, karantina dilakukan untuk
sapi yang baru dating dari dalam/luar negeri.
Sanitasi
kandang bertujuan agar ternak nyaman dan terhindar dari bibit penyakit, jika
kandang tersebut penuh dengan kotoran maka bibit penyakitpun akan berkembang
dan dapat menyerang ternak yang mengakibatkan kerugian ekonomis. Penyemprotan atau spraying yang dilakukan untuk penanggulangan caplak serta parasit – parasit
lainnya dengan menggunakan merk dagang Neguvon. Di BPTU HPT Padang Mangatas terdapat
beberapa sapi yang terserang kutil (Papilloma)
dan penanganan yang dilakukan yaitu Penyemprotan atau spraying pada ternak yang
luka akibat kutil, obat yan digunakan untuk penyemprotan luka tersebut adalah Gusanex. Cara penggunaan nya yaitu
bersihkan bagian luka, semprotkan gusanex agar tidak dihinggapi lalat dan tidak
tumbuh larva yang dpat membusukkan luka, semprotkan dengan jarak 10 cm,
penyemprotan diulang 3-7 hari sampai sembuh.
Indikasi obat ini adalah mengobati luka pada sapi dan membasmi larva
screw worm.
Pada saat saya
melakukan kelaja lapang di BPTU HPT Padang Mangatas terdapat banyak sapi yang
terserang penyakit seperti penyakit tumor mata yang sampai saat ini belum
dilakukan operasi karena peralatan dan obat yang belum tersedia.
4.2.4Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana di BPTU HPT Padang Mangatas sudah termasu lengkap
karena sudah memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan untuk mempermudah pekerjaan
dari setiap pegawai misalnya adanya traktor yang mempermudah pegawai untuk
mengantarkan pakan dan konsetrat di kandang dan lapangan pengggembalaan. Sarana
dan prasarana yang dikepalai oleh bapak Drh Darwis yang menurut saya sarana dan
prasarana sudah cukup memadai di BPTU HPT padang mangatas.
4.2.4.1Tabel
sarana dan prasarana
No
|
Nama
|
Jumlah
|
1
|
Kantor
|
1 unit
|
2
|
Gedung pertemuan
|
1 unit
|
3
|
Aula
|
1 unit
|
4
|
Laboratorium
|
2 unit
|
5
|
Mess
|
2 unit
|
6
|
Rumah dinas
|
23 unit
|
7
|
Kandang
|
11 unit
|
8
|
Gudang
|
3 unit
|
9
|
Bengkel
|
1 unit
|
10
|
Kendaraan roda 2
|
11 unit
|
11
|
Kendaraan roda 4
|
5 unit
|
12
|
Traktor
|
4 unit
|
13
|
Hand tractor
|
3 unit
|
14
|
Hand mower
|
2 unit
|
15
|
Trailer
|
2 unit
|
16
|
Mixer
|
1 unit
|
17
|
Deeping
|
1 unit
|
18
|
Instalasi air minum
|
2 unit
|
19
|
Copper
|
1 unit
|
20
|
Biosecurity
|
1 unit
|
21
|
Timbangan ternak
|
2 unit
|
22
|
Padang penggembalaan
|
280 ha
|
23
|
Kebun rumput
|
17 ha
|
24
|
Kebun koleksi
|
1 unit
|
25
|
Masjid
|
1 unit
|
26
|
Kantin
|
1 unit
|
27
|
Lapangan olahraga
|
1 unit
|
28
|
Pos satpam
|
1 unit
|
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Selama melakukan
kegiatan Kuliah Lapang yang telah dilaksanakan di BPTU HPT Padang Mengatas maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa mata kuliah ini sangat penting untuk menunjang
wawasan dan pengetahuan mahasiswa tentang bidang ilmu peternakan yang
dipelajari dengan aplikasinya di lapangan.Setelah mengikuti kegiatan KL di BPTU
HPT Padang Mangatas,Penulis mendapat pengetahuan yang lebih luas dibidang ilmu
teknologi Reproduksi,Manajemen pemeliharaan,Manajemen penanganan penyakit dan
Manajemen pengelolaan tata laksana kandang yang sangat berguna untuk menunjang
kemajuan suatu usaha peternakan.
5.2 Saran
Saran yang kami berikan kepada pengelola BPTU HPT Padang Mengatas,
demi perubahan yang lebih baik yaitu sbb:
v Ada
baiknya dibuat tempat ransum di padang pengembalaan demi untuk meningkatkan efektipitas
konsumsi pakan konsentrat di padang penggembalaan/pasture.Dimana pakan
konsentrat diberikan langsung diatas rumput penggembalaan tanpa ada nya tempat
ransum khusus.
v Ada
baiknya pemamfaatan limbah ternak lebih dimaksimalkan lagi, baik sebagai bahan
bakar Biogas atau sebagai pupuk kompos pada
pertanian.
v Penghijauan
sekitar pinggir jalan dalam BPTU HPT Padang Mangatas lebih ditingkatkan lagi
mengingat banyak pengunjung atau wisataan yang selalu berkunjung.
v Biocecurity
di bptu HPT Padang Mangatas hendaknya lebih di tingkatkan lagi demi agar dapat mencegah masuknya penyakit hewan
menular kedalam lingkungan sumber bibit
melalui ternak, manusia dan
peralatan yang tercemar
bibit penyakit.
Daftar Pustaka
Anonim.
2012. Sistem Pemberian Pakan Ternak Sapi Potong.
info-peternakan.blogspot.com/2012/11/sistem-pemberian-pakan-ternak-sapi.html.
Anonymus , 20121.
Tentanng Perkandangan. http://barokahbkm.blogspot.com/2012/06/tentang-kandang-komunal.html/
diakses tanggal 29 januari 2014
Anonymus, 20112.
Manajemen perkandangan sapi potong http://duniapengatahuan.blogspot.com/2011/07/manajeman-perkandangan-sapi-potong-bab.html/
diakses tanggal 29 januari 2014.
Bappenas. 2000.
Pakan ternak tentang bududaya ternak. Kantor Menteri
Negara Riset dan Teknologi,
Deputi Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340,
Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id ( Diakses 27 Januari 2014 )
Delly nista dkk
2007. Teknologi Pengolahan Pakan Sapi. Departemen Pertanian Direktorat Jenderal
Bina Produksi Peternakan . Balai
Pembibitan Ternak Unggul
Sapi Dwiguna
Dan Ayam. Sembawa, Sumatera
Selatan.
Jauzano, 2010. Profil Sapi Pesisir. http://jauzanoey.wordpress.com/2010/10/07/profil-sapi-pesisir/
diakses tanggal 29 januari 2014.
Laporan hasil BPTU
Sapi potong Padang Mengatas 2009
Partodihardjo,S.,
1980. Ilmu Reproduksi hewan. Mutiara. Jakarta.
Sudarmono dan
Sugeng, 2008. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sugeng, Y. B. 2002. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sugeng, Y.B., 2003.
Pembiakan Ternak Sapi. Gramedia. Jakarta.
Anonim. 2012. Sistem Pemberian Pakan Ternak
Sapi Potong. info-peternakan.blogspot.com/2012/11/sistem-pemberian-pakan-ternak-sapi.html